"Tolong usulkan ke pemerintah ini ditutup semua. Percuma ada jembatan penyeberangan. Ini dibikin jalur 'khusus' kayak begitu enggak ditutup, orang ya enggak mau naik ke atas jembatan," kata Arnold, salah seorang tukang parkir di sebuah minimarket depan lokasi kejadian, kepada Kompas.com, Senin (15/12/2014).
Menurut Arnold, sopir bus transjakarta tentu berpikir bahwa orang akan menyeberang naik jembatan. Kata dia, sebelumnya sudah sering terjadi kasus seperti ini.
"Tetapi, kejadiannya beberapa bulan lalu," ujar Arnold. Joni (72), pengurus ojek setempat, mengatakan, kesadaran masyarakat untuk memilih jembatan sebagai fasilitas untuk menyeberang di lokasi itu masih rendah. [Baca: Warga Melihat Penyeberang yang Tertabrak Transjakarta Pakai "Earphone"]
"Karena dia pikir gampang. Kita marah juga enggak bisa. Malah lebih galak dia. Apalagi anak sekolah, nanti dipukul kita yang salah," ujar Joni. "Kalau kita mintanya dipagar saja. Biar selamat, mencegah kecelakaan. Soalnya di sini sudah sering. Kalau jembatan sudah enggak ada fungsinya. Itu mesti dipagari dulu baru orang naik ke atas jembatan," ujar dia.
Pantauan Kompas.com, jalur bus transjakarta di lokasi seorang pejalan kaki tertabrak memang kerap dijadikan warga sebagai lokasi penyeberangan sembarangan. Warga tidak menggunakan jembatan penyeberangan orang yang ada di atasnya. Sedikit pagar yang ada pun sudah terlihat dalam keadaan rusak. Besi-besinya sudah hilang entah ke mana.
Penulis : Robertus Belarminus
Editor : Desy Afrianti